Benarkah Indonesia Negara Boros Listrik?

Listrik sekarang tak ubahnya kebutuhan wajib masyarakat yang wajib dipenuhi negara. Pasalnya, listrik sudah dimanfaatkan secara luas di kehidupan, sampai-sampai menjadi salah satu faktor berjalannya sektor ekonomi. Rendahnya jumlah listrik yang tersedia menunjukkan kurang berjalannya kegiatan ekonomi, begitu juga sebaliknya [1].

Tak dimungkiri suatu negara akan mengalami peningkatan kebutuhan listrik. Hal ini disebabkan perbandingan lurus kebutuhan listrik dengan jumlah penduduk yang meningkat sewaktu-waktu.  Dengan demikian, negara memiliki kewajiban untuk menjamin ketersediaan kapasitas listrik yang sekiranya dapat dikonsumsi masyarakatnya.

Akan tetapi, ada suatu fenomena aneh di mana negara memiliki jumlah konsumsi listrik yang melebihi jumlah ketersediaan listrik. Hal ini disebut sebagai pemborosan konsumsi listrik. Di mana Indonesia sebagai negara yang niscaya mengonsumsi listrik, disebut-sebut sebagai negara yang boros listrik [2].

Pemborosan konsumsi listrik di Indonesia dapat dilihat dari peningkatan konsumsi listrik tiap tahunnya. Pada periode 2004-2014, misalnya, konsumsi listrik di Indonesia dikabarkan mengalami peningkatan yang cukup pesat per tahunnya. Sampai-sampai, konsumsi listrik nasional yang mulanya sebesar 100,1 TWh (pada tahun 2004), meningkat menjadi 198,6 TWh pada tahun 2014. Jumlah pertumbuhan konsumsi listrik ini setara 98,4% di mana rata-rata pertumbuhan per tahunnya adalah 7,2%

Di sisi lain, pada rentang periode yang sama, pertumbuhan kapasitas pembangkit cenderung lambat dan baru meningkat setelah tahun 2010. Yakni sebesar 6,5% per tahun dan kapasitas total pembangkit dari tahun 2010-2014 hanya 53,6 GW [1].

Pada tahun 2014, Indonesia ditempatkan sebagai negara yang paling boros listrik se-ASEAN dan ranking 1 sebagai pengguna pendingin udara, mengutip laporan ICASEA. Diketahui Indonesia menggunakan pendingin udara sebanyak 72% per tahunnya, melebihi rata-rata penggunaan pendingin udara oleh rata-rata negara ASEAN yang hanya 30% [3].

Sementara pada tahun 2015, diketahui bahwa rata-rata konsumsi per kapita per tahun masyarakat Indonesia adalah 528,87 kWh/tahun. Angka ini jauh lebih besar dibandingkan Filipina yang berjumlah 494,34 kWh/tahun, Laos 338,58 kWh/tahun, Kamboja 117,64 kWh/tahun, dan Myanmar 69,51 kWh/tahun. Jika konsumsi listrik per tahun ini ditotalkan, tentu jumlahnya melebihi kapasitas pembangkit listrik yang hanya 35.000 megawatt. Jelas hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2015 konsumsi listrik di Indonesia terbilang boros [4].

Di tahun yang sama, perusahaan minyak dan gas bumi (migas) asal Inggris BP mencatat adanya peningkatan konsumsi energi di Indonesia sebesar 3,9%. Angka ini setara dengan dua kali besar konsumsi listrik selama 15 tahun terakhir. Peningkatan konsumsi listrik ini dipengaruhi dari konsumsi batubara yang tumbuh sebanyak 15% di tahun yang sama — bahan bakar utama yang digunakan Indonesia [5].

Serta terakhir, pada tahun 2017, Indonesia berada di posisi ke-18 dari 23 negara yang terdaftar — sebagai negara dengan konsumsi energi tertinggi di dunia, menurut American Council for An Energy-Efficient Economy (ACEEE)

Penyebab boros listrik

Terdapat berbagai faktor yang menyebabkan boros konsumsi listrik. Di antaranya adalah penggunaan elektronik yang tidak efisien dan tidak sesuai kebutuhan. Contoh sederhananya adalah pemilihan lampu pijar sebagai penerangan rumah dibandingkan listrik LED. Padahal listrik lampu LED jauh lebih hemat 75%-80% dibandingkan dengan lampu pijar [2].

Adapun contoh lainnya adalah penggunaan fasilitas data center dan sistem cloud computing. Di mana diketahui bahwa data center menyumbang konsumsi listrik sebanyak 40% dari total energi listrik yang ada. Hal ini disebabkan data center yang digunakan untuk mendinginkan server di internal mesin [6].

 

Referensi:

[1] Mulyani D dan Hartono D, 2018, ‘Pengaruh Efisiensi Energi Listrik pada Sektor Industri dan Komersial’, Jurnal Ekonomi Kuantitatif Terapan, vol.11, no.1, hh. 1-17.

[2] Rachmawati A.R, 2017, Indonesia Negara Boros Energi, PikiranRakyat.com, dilihat 20 Januari 2021, <https://www.pikiran-rakyat.com/ekonomi/pr-01283886/indonesia-negara-boros-energi-406394>

.

[3] Dhany R.R, 2015, RI Dibayangi Krisis Listrik, Masyarakat Masih Boros Energi, detikFinance, dilihat 20 Januari 2021, <https://finance.detik.com/energi/d-2996701/ri-dibayangi-krisis-listrik-masyarakat-masih-boros-energi>.

[4] Syarah R, 2014, Di ASEAN, Indonesia Paling Boros Listrik AC, Kontan.co.id, dilihat 20 Januari 2021, <https://industri.kontan.co.id/news/di-asean-indonesia-paling-boros-listrik-ac>.

[5] Redaktur, 2017, Indonesia Masih Boros Energi, dunia energi, dilihat 20 Januari 2021, <https://www.dunia-energi.com/indonesia-masih-boros-energi/>.

[6] Yasmine F, 2020, Data Center Sumbang Emisi Karbon dan Boros Listrik, SpaceDC Punya Solusinya, dilihat 20 Januari 2021, <https://infokomputer.grid.id/read/122243450/data-center-sumbang-emisi-karbon-dan-boros-listrik-spacedc-punya-solusinya?page=3>.

Leave a Comment

Close
Maximize
Page:
...
/
0
Please Wait
...
Second
Code: