AC vs DC, mana yang lebih unggul? Mungkin tidak sedikit dari Anda yang kerap mendengar pertanyaan ini. Karena penggunaan kedua arus ini akan berpengaruh terhadap keamanan dan keselamatan diri. Tapi, tunggu dulu, sebelum mengetahui mana yang lebih unggul, apakah Anda sudah mengetahui apa itu arus listrik AC dan arus listrik DC?
Baca juga:
- Tegangan Listrik Tidak Stabil? Ini Cara Tepat Menanganinya
- Tips Menghindari Kebakaran Akibat Korsleting Listrik – Fenomena Lompatan Listrik
Apa itu Arus Listrik AC?
AC atau Alternating Current adalah arus listrik yang besar dan arahnya mudah berubah-ubah dan bolak-balik. Arus AC sendiri dapat diperoleh dari generator arus AC. Adapun arah aliran elektron AC dipengaruhi oleh magnet yang berkisar di kawat. Nah, arus listrik AC bisa dipakai ketika Anda hendak memindahkan banyak energi dalam jarak yang jauh.
Sumber dan distribusi arus listrik AC di Indonesia sepenuhnya dikelola oleh Perusahaan Listrik Negara atau lebih sering disebut dengan singkatannya yaitu PLN. Indonesia memiliki 1 fasa tegangan standar, yaitu 220 Volt dengan frekuensi 50 Hz.
Karena di Indonesia hanya ada satu perusahaan yang mengelola listrik, maka setiap rumah dan bangunan di negeri ini memiliki tegangan dan frekuensi listrik seragam.
Apa itu Arus Listrik DC?
DC atau Direct Current adalah arus listrik searah dengan faktor daya arus selalu bernilai 1. Berbeda dengan AC, arus listrik DC tidak bisa dipakai untuk perjalanan jarak jauh, karena energinya akan melemah bahkan menghilang ketika jaraknya semakin jauh. Makanya arus listrik DC biasa ditemukan di baterai.
Nah, tadi sudah dijelaskan apa itu arus listrik AC dan arus listrik DC. Selanjutnya kita akan menelusuri lebih lanjut, apa perbedaan kedua arus ini dalam hal keselamatan. Yuk, check it out aja.
Ada yang berpendapat bahwa listrik searah atau DC ini merupakan “listrik asli”, yaitu listrik yang bisa dihasilkan secara alami oleh benda-benda atau material di alam. Salah satu contohnya adalah muatan listrik yang terbentuk karena gesekan penggaris plastik dan rambut.
Selain itu, muatan listrik yang berkumpul di awal sejumlah jutaan volt dan berubah menjadi petir juga termasuk salah satu contoh listrik searah atau DC. Berbeda dengan listrik AC yang memiliki frekuensi, listrik DC tidak memilikinya karena tegangannya akan selalu tetap.
Jika tegangan tersebut memiliki potensial negatif, maka seterusnya akan tetap negatif. Begitu juga dengan tegangan berpotensial positif, maka akan seterusnya seperti itu. Berikut ini adalah beberapa sumber listrik DC yang dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.
- AC/DC adaptor
- Generator listrik tenaga angin sistem DC
- Solar cell
- Dinamo atau alternator pada mobil
- Accu
- Semua jenis baterai
Sejarah AC DC Listrik
Pada akhir abad ke-19 lalu, terjadi persaingan yang cukup sengit antara dua orang ilmuwan dunia, yaitu Thomas Alfa Edison dan Nikola Tesla. Perseteruan keduanya ini menjadi cikal bakal arus listrik DC dan AC yang kita kenal saat ini.
Awanya, Edison telah melakukan penelitian dan menemukan arus listrik Dc atau searah. Dirinya menginginkan penemuan tersebut menjadi opsi utama untuk didistribusikan ke industri serta rumah-rumah.
Meski pada awalnya arus listrik DC ini sangat membantu kehidupan manusia, sayangnya penemuan ini masih belum sempurna. Daya listrik satu arah ini sulit untuk diubah tegangannya. Selain itu, mengirimkannya dalam jarak jauh juga sangat menantang.
Di waktu yang sama, ilmuwan bernama Nikola Tesla mencoba mencari solusi dari permasalahan ini. Dirinya menemukan arus listrik bolak balik yang kemudian kita kenal dengan nama AC. Listrik ini lebih unggul karena efisien dan bisa didistribusikan dalam jarak jauh.
Sejak ditemukan pada akhir abad ke-18, listrik AC terus digunakan sampai saat ini. Tentu dengan sistem keamanan yang terus ditingkatkan agar tidak menyebabkan kecelakaan dan hal-hal buruk lainnya.
AC vs DC Ketika Kesetrum
Sesungguhnya kesetrum arus listrik AC maupun arus listrik DC di atas batas aman sama-sama membahayakan pengguna. Untuk arus listrik AC, batas aman tegangannya adalah 50 V, sementara untuk arus listrik DC batas aman tegangannya sebesar 120 V.
Nah, kesetrum arus listrik AC di luar batas, yaitu dengan frekuensi melebihi 50 Hz (listrik PLN), akan mengganggu kinerja detak jantung yang notabennya berfrekuensi 1,5 Hz. Jika kasusnya demikian, jantung berpotensi mengalami fibrillation, atau jantung berdetak secara tidak teratur. Kesetrum arus listrik AC yang tinggi akan mempengaruhi kinerja detak jantung.
Sementara kesetrum arus listrik DC di luar batas memiliki dampak yang lebih bahaya ketimbang arus listrik AC. Sebab arus listrik DC tidak mempunyai frekuensi, sehingga ia akan bergerak konstan, dan energinya pun menjadi terpusat. Akibatnya saat gelombang DC hampir di titik 0, manusia tidak bisa melepaskan diri sama sekali. Dan akan mengalami kejang otot, bahkan sampai ke tingkatan trauma fisik.
Namun ada pendapat lain yang mengungkapkan bahwa arus listrik AC lebih berbahaya 3-5 kali lipat ketimbang arus listrik DC pada tegangan yang sama. Nah ketika kondisinya seperti itu, otot akan berkontraksi sampai di tahap di mana ia bisa melepaskan diri dari arus listrik.
Di sisi lain, pada arusl istrik AC, arus akan berbalik arah 50 kali tiap detik, sehingga otot tidak bisa berkontraksi satu arah. Otot malah ikutan berkontraksi bolak-balik dan mengalami kejang-kejang. Sehingga saat manusia sadar, ia tidak akan bisa melepaskan diri dari kontak arus.
Jadi, AC vs DC, Mana yang Lebih Aman?
Jika ditelaah dari dua contoh kasus di atas, arus listrik AC lebih berbahaya ketimbang arus listrik DC, ketika kasusnya nilai aliran listrik bernilai rendah. Akan tetapi, arus listrik DC lebih berbahaya dibandingkan EUA listrik AC, apabila nilai tegangan bernilai rendah.
Bagaimana Nasib Listrik DC saat Ini?
Kalau dilihat dari penjelasan yang sudah diberikan di atas, bisa dikatakan bahwa listrik AC lebih unggul. Sementara listrik DC punya lebih banyak kekurangan. Lantas, apakah hal ini membuatnya serta merta ditinggalkan?
Tentu saja tidak. Transmisi energi yang menggunakan listrik DC sebenarnya masih cukup banyak ditemukan. Salah satu contohnya adalah sistem High Voltage Direct Current atau lebih dikenal dengan HVDC.
Fungsi dari sistem ini adalah mentransmisikan listrik bertegangan sangat tinggi, umumnya di atas 500.000 Volt untuk jarak lebih dari 500 kilometer. Sistem ini jauh lebih efisien karena tidak munculnya hambatan akibat reaktansi kapasitif.
Perlu diketahui, hambatan yang terjadi reaktansi dapat diabaikan jika transmisi dilakukan dalam jarak dekat atau pendek. Namun dampaknya akan terasa sangat signifikan ketika jarak transmisinya semakin jauh.
Jika memilih untuk menggunakan sistem listrik AC, biaya yang diperlukan akan menjadi lebih mahal. Oleh karena itu, sistem listrik AC bisa dijadikan alternatif terbaik.
Kesimpulan
AC DC listrik merupakan sistem yang masih terus digunakan sampai saat ini. Karena keduanya memiliki karakteristik, kelebihan, dan kekurangan berbeda, pemanfaatannya juga berbeda. Listrik dengan sistem AC bisa dijumpai di rumah-rumah atau gedung yang menggunakan listrik PLN.
Semenatra listrik dengan sistem DC lebih sering dijumpai pada peralatan elektronik yang menggunakan baterai sebagai sumber energinya.
Sumber: Diolah dari berbagai sumber