Pernahkah Anda terbayangkan bagaimana jadinya jika petir sebagai sumber energi? Barangkali tidak sedikit dari Anda berpikir kalau sumber energi hanya bisa berupa matahari, air, dan angin. Akan tetapi, berkat kegigihan para peneliti, akhirnya ditemukanlah inovasi baru dalam membangkitkan listrik. Yaitu dengan menggunakan petir sebagai sumber energi.
Baca juga:
- Kenali Geobacter, Bakteri yang Bisa Hasilkan Listrik!
- Ini Dia Gen-Air, Penghasil Listrik dari Udara Minim
- 5 Fakta Menarik Perovskite, Mineral Penghasil Listrik
Bagaimana Pembentukan Petir Sebagai Sumber Energi?
Petir tidak diciptakan begitu saja ketika langit sedang berawan. Sebab tidak semua awan adalah awan petir. Hanya awan cumulonimbus yang merupakan awan petir. Nah, petir terjadi ketika satu awan cumulonimbus melepas muatan listrik ke awan lain. Atau satu awan itu melepas muatan listriknya langsung ke bumi [1].
Adapun kilat petir terjadi dengan dua sambaran berlawanan secara berurutan. Pertama, sambaran bermuatan negatif (-) akan mengalir dari awan ke permukaan tanah. Sesampai sambaran pertama di permukaan tanah, terbentuk muatan positif. Kemudian, arus kilat positif akan terbentuk dari jalur utama tadi, dan langsung menyambar menuju awan.
Mengutip buku ‘Kisah 1001 Fakta Sains Tersuper di Dunia’, energi bisa dihasilkan dari petir, bahkan jumlahnya sangatlah besar. Saking besarnya, akan timbul rentetan energi cahaya dan panas, serta bunyi yang sangat kuat. Konon, katanya energi yang dihasilkan petir lebih besar ketimbang yang diproduksi pembangkit tenaga listrik. Suhu di sepanjang jalur pembentukan petir bisa mencapai 10 ribu derajat Celcius. Perbedaan tegangan listrik antara awan dan permukaan tanah mencapai jutaan volt. Dan energi satu sambaran petir setara 20000 Ampere [2].
Seputar Penelitian Lampau
Inovasi petir sebagai sumber energi dipopulerkan oleh Benjamin Franklin pada tahun 1752. Melalui percobaan yang dilakukannya, Franklin mencoba untuk menggantung bejana Leyden (penyimpan arus listrik) pada benang sutera layangan. Nah kemudian, benang sutera layangan diterbangkan saat petir datang. Dari percobaan itu, ditemukan bahwa satu sambaran petir dapat menghasilkan energi listrik sebanyak 10-15 juta Volt. Jumlah tegangan ini sangat cukup untuk menyalakan satu lampu 100 watt selama 3 bulan [3].
Satu abad kemudian, ilmuwan bernama Nikola Tesla mencoba melakukan penelitian dengan nada yang sama. Sebab beliau ini yang termasuk orang yang tertarik untuk meneliti potensi guntur. Nikola Tesla diketahui telah banyak bereksperimen dengan topik itu. Namun ternyata, konsep eketrodinamika atmosfer masih sulit dipahami dan dipraktikkan [4].
Inovasi Baru Petir Sebagai Sumber Energi
Di sisi lain ada Fernando Galembeck, yaitu ilmuwan dari Universitas Campinas, Brazil, yang belakangan ini menyajikan laporan di Pertemuan Nasional Masyarakat Kimia Amerika ke-24. Laporan itu menceritakan bagaimana tiap rumah akan memiliki piranti di atas genteng yang dapat menarik listrik gratis dari udara.
Jika dirangkum, para ilmuwan mengamini bahwa tetesan air di atmosfer merupakan partikel listrik yang bersifat netral. Sifat netral tersebut akan selalu seperti seperti itu, meski tetesan air bergesekan dengan listrik dari partikel debu atau cairan lain. Nah, tapi berdasarkan penelitian Galemback, ternyata ketika kenetralan itu berlangsung, tetesan air sedang mengambil daya listrik.
Dalam penelitian Galemback, partikel silika dan aluminium fosfat digunakan sebagai variabel percobaan. Dari percobaan ini ditemukan bahwa kapasitas daya listrik kedua partikel meningkat ketika jumlah uap air di udara bertambah. Hal ini menunjukkan betapa atmosfer dapat mengumpulkan daya listrik dan mengirimkannya ke material lain yang bergesekan dengannya.
Berdasarkan penemuan itu, Galembeck menyimpulkan bahwa memanen “listrik air” mungkin saja bisa didapatkan dari udara di wilayah dengan kelembaban tinggi. Seperti kawasan tropis, misalnya.
Nah, dari sini, tim Galembeck mencoba mengetes tingkat sensitivitas sejumlah logam dalam menangkap listrik di atmosfer pada panel higroelektrik. Adapun penggunaan panel higroelektrik berguna untuk mencegah panel dari kerusakan akibat petir. Sifat penelitian ini masih dalam pengembangan untuk proyek jangka panjang.
Referensi:
[1] Anonim, 2017, Potensi Petir untuk Kebutuhan Listrik Dunia, Kumparan, dilihat 10 Februari 2021, <https://kumparan.com/kumparannews/potensi-petir-untuk-kebutuhan-listrik-dunia/full>.
[2] Untari P.H, Energi Petir Lebih Besar dari Pembangkit Tenaga Listrik, Okezone, dilihat 10 Februari 2021, <https://techno.okezone.com/read/2020/03/31/56/2191707/energi-petir-lebih-besar-dari-pembangkit-tenaga-listrik>.
[3] Priatna E, 2020, Dapatkah Listrik dari Petir Kita Manfaatkan?, Sainspop, dilihat 10 Februari 2021,<https://sainspop.com/blog/2020/06/18/dapatkah-listrik-dari-petir-kita-manfaatkan/>.
[4] Pitakasari A.R, 2010, Memanen Petir Sebagai Sumber Energi? Mengapa Tidak!, Republika, dilihat 10 Februari 2021, <https://www.republika.co.id/berita/trendtek/sains/10/08/28/132301-memanen-petir-sebagai-sumber-energi-mengapa-tidak->.