Secara bentuk, penangkal petir adalah tonggak seperti tombak runcing yang biasa dipasang di atap rumah atau bangunan tinggi. Tujuannya adalah untuk meneruskan arus listrik akibat sambaran petir agar langsung dialirkan ke tanah agar bisa dinetralkan.
Besarnya aliran listrik akibat tersambar petir bisa merusak peralatan elektronik dan juga berbahaya bagi manusia. Itu sebabnya harus dinetralkan ke dalam tanah. Peralatan yang digunakan sebenarnya cukup sederhana tapi terbukti berhasil sesuai fungsinya.
Komponen perangkat ini adalah tonggak logam (splitzen), kabel atau kawat konduktor, dan grounding sebagai titik pembumian. Orang awam menyebutnya arde. Dalam artikel ini akan dibahas beragam hal yang penting diketahui tentang perangkat penting ini.
Fungsi Penangkal Petir
Seperti yang disebutkan di atas, fungsi utama perangkat ini adalah untuk menjadi media penghantar listrik yang diperoleh dari sambaran petir menuju ke tanah. Karena jika tidak disalurkan ke tanah maka bisa merusak peralatan elektronik yang menyebabkan korsleting dan kebakaran.
Cara Kerja Penangkal Petir
Proses terjadinya aliran listrik saat petir bisa dijelaskan dengan adanya tarik-menarik antara muatan listrik positif dan negatif. Muatan listrik positif berasal dari tanah yang kemudian naik ke ujung tonggak logam penangkal tersebut.
Sedangkan muatan listrik negatif berasal dari bagian bawah awan yang cukup banyak. Saat dekat dengan atap, maka terjadilah daya tarik menarik yang kemudian menghasilkan arus listrik. Arus listrik inilah yang dialirkan melalui kawat atau kabel konduktor ke tanah melalui grounding.
Untuk membantu dan mendukung kestabilan jaringan listrik tempat tersebut, biasanya di dalam bangunan digunakan alat untuk menstabilkan arus listrik (surge arrester).
Jenis Penangkal Petir
Ada tiga jenis perangkat ini yang umum digunakan. Masing-masing memiliki ciri khas sendiri yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan, yaitu:
1. Konvensional
Jenis ini sifatnya pasif, yaitu hanya menyalurkan petir yang menyambar ujung tonggak penangkal saja. Bentuknya mirip tiang dan membutuhkan kabel konduktor untuk mengalirkan arus listriknya. Biasanya diletakkan di atap bangunan dengan jumlah lebih dari satu dan diberi jarak.
Perangkat seperti ini biasanya digunakan di rumah tinggal atau bangunan beberapa lantai. Peletakannya di titik yang dianggap tertinggi pada bangunan.
2. Elektrostatis
Berbeda dengan jenis konvensional, jenis ini lebih aktif sifatnya. Sistem yang digunakan adalah “Early Streamer Emission” atau disingkat ESE. Komponennya juga bertambah satu yaitu adanya “head terminal”. Komponen ini berisi muatan listrik statis yang berada pada ujungnya (splitzen).
Head terminal ini bisa menyimpan ion positif dari dalam bumi dalam jumlah besar. Ion positif ini yang kemudian menarik ion negatif yang ada di awan. Dengan begitu, bisa mengurangi potensi petir yang dahsyat.
Jangkauan perangkat ini lebih luas daripada jenis konvensional dan juga tidak membutuhkan kabel konduktor. Lebih cocok untuk area yang luas seperti gedung bertingkat tinggi, perkebunan, kawasan industri, stadion atau lainnya.
Head terminal ini bisa disesuaikan tingginya. Makin tinggi posisinya maka area yang dilindungi juga akan semakin luas. Radiusnya disebut bisa mencapai hingga 150 meter.
3. Radioaktif
Meski pernah digunakan, belakangan jenis ini tidak lagi diizinkan. Karena cara kerjanya menggunakan netralisasi ion dengan memanfaatkan zat radioaktif seperti Amersium 241 dan Radium 226. Kedua zat ini mampu menetralkan muatan listrik di awan, sayangnya bahannya radioaktif yang berbahaya.
Bagian-Bagian Penangkal Petir
Walaupun sederhana dan terlihat seperti tiang logam biasa, ternyata perangkat ini sebenarnya terdiri dari beberapa bagian yaitu:
1. Head Terminal
Terletak pada bagian ujung tiang. Penangkal konvensional bentuk ujungnya seperti ujung tombak sedangkan penangkal elektrostatis bentuknya lebih lebar, seperti payung lebar dan besar. Namun secara fungsi tetap sama, yaitu menjadi titik sasaran saat petir menyambar.
2. Tiang logam
Biasanya berasal dari tembaga karena logam ini disebut penghantar listrik yang paling bagus. Head terminal berada di ujung tiang ini. Di dalamnya berisi kabel yang berfungsi sebagai konduktor untuk mengalirkan arus ke grounding di tanah.
3. Konduktor
Bentuknya adalah kabel yang fungsinya untuk mengalirkan arus listrik yang tertangkap oleh head terminal langsung ke tanah.
4. Grounding
Merupakan bagian terakhir dari penangkal petir yang lokasinya berada di dalam tanah. Bentuknya ada yang seperti tiang yang ditanamkan ke dalam tanah, namun ada juga yang seperti lempengan tembaga yang kemudian ditutup. Lokasinya tidak boleh terlalu dekat dengan bangunan agar tidak terpengaruh arus.
Cara Pasang Penangkal Petir Konvensional
Jenis konvensional memang merupakan jenis paling umum digunakan orang. Karena memang bisa digunakan di rumah tinggal dan pemasangannya sebenarnya relatif mudah. Meski begitu, tetap disarankan untuk berkonsultasi dengan teknisi ahli di bidang listrik agar pemasangannya benar dan aman.
1. Tentukan Titik Grounding
Temukanlah tempat di tanah yang bisa dijadikan titik pemasangan grounding untuk menyalurkan beban listrik berlebih secara aman. Pelajari tata letaknya dari bangunan dan juga struktur tanahnya yang padat. Bukan tanah berbatu apalagi tanah berpasir yang kurang bagus untuk menyalurkan arus listrik.
Usahakanlah agar titik yang dipilih bisa menanam tiang grounding hingga menyentuh air tanah. Biasanya kedalamannya lebih dari 50 meter.
2. Membuat Jalur Kabel Grounding
Karena letak titik grounding tidak boleh dekat dengan bangunan, berarti harus disediakan jalur khusus untuk kabel grounding. Biasanya kabel dimasukkan atau terbungkus pipa PVC mulai dari tembok luar bangunan hingga ke tiang grounding di dalam tanah.
Perhatikan agar kabel konduktor ini tidak terpasang membentuk sudut yang runcing apalagi sampai berlekuk. Ini penting untuk menghindari terjadinya lompatan muatan listrik saat petir.
3. Tentukan Titik Tonggak Penangkal
Penempatan tiang atau tonggak penangkal biasanya diletakkan di titik tertinggi bangunan tersebut. Bisa di atap atau di dak dengan pemasangan berjarak antara satu tiang ke tiang lainnya yang bisa mencakup seluruh bagian tertinggi tersebut.
4. Pemasangan yang Benar
Pastikan pemasangan tonggak penangkal petir di atap terhubung baik dengan kabel konduktor. Kemudian kabelnya juga tersambung baik dengan tiang grounding di tanah. Dengan sambungan dan tata letak kabel yang baik dan aman.
Baca Juga: Lightning Arrester Itu Apa? Ini Cara Kerja dan Komponennya
Kisaran Harga Penangkal Petir
Karena jenis dan produsen perangkat ini terbilang cukup banyak, maka kisaran harganya pun bisa beragam. Para penyedia layanan pemasangan juga banyak dan bisa memberikan penawaran harga yang bervariasi, disesuaikan dengan kebutuhan pemasangan.
Untuk rumah tinggal biasa, sebenarnya bisa membeli dan memasang sendiri. Asalkan berkonsultasi dengan ahlinya dan berhati-hati saat memasangnya. Kisaran harganya adalah Rp2.000.000 – Rp3.000.000 untuk satu paket lengkap.
Sementara untuk jenis penangkal elektrostatis memang lebih mahal. Untuk cakupan hingga 150 meter paketnya seharga hingga Rp9.000.000. Semua harga tersebut sudah termasuk biaya pemasangan. Untuk biaya tepatnya harus berkonsultasi dengan para penyedia layanan pemasangan penangkal.
Kesimpulan
Meski tidak semua orang menyadarinya, memasang penangkal petir ternyata amat penting untuk instalasi listrik yang aman. Mengingat kelebihan muatan listrik bisa berbahaya bagi manusia dan merusak peralatan elektronik yang dimiliki.
Namun, pemasangannya juga harus dilaksanakan dengan teliti agar perangkat ini bisa berfungsi baik sebagai pengaman. Meskipun bisa dipasang sendiri untuk skala kecil, ada baiknya berkonsultasi dengan ahlinya agar pemasangannya tepat guna.
Baca Juga: Panen Energi Listrik di Atap dengan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Tanpa Baling-Baling