Indonesia tampaknya semakin serius dalam mengejar target nol emisi untuk mencegah perubahan iklim. Selain memensiunkan PLTU, pemerintah juga akan membangun ibukota baru yang “bersih”. Ya, ibukota baru yang disuplai dengan energi hijau, termasuk membentuk ekosistem kendaraan listrik sepenuhnya.
Sehingga nantinya kehidupan di Ibu Kota Negara Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur akan ditenagai oleh energi listrik dari sumber terbarukan (EBT). Kini pemerintah sudah mulai dengan perencanaan pembangunan pembangkit dan jaringan distribusi listrik EBT. Semua itu dibangun dengan mengandalkan dukungan alam yang ada di pulau Kalimantan.
Seperti apa perencanaan tersebut dan apakah mungkin diwujudkan? Mengingat penyerapan EBT sekarang ini di Indonesia juga belum maksimal dan masih kalah jauh dari negara lainnya. Yuk kita simak saja penjelasannya!
Proyeksi Konsumsi Listrik di IKN
IKN dipersiapkan menjadi kota masa depan yang berkonsep smart city dan berkelanjutan. Alhasil membutuhkan pemetaan dan perencanaan yang presisi sejak awal pembangunan. Terutama untuk memenuhi kebutuhan energi.
Presiden Joko Widodo menuturkan bahwa IKN dibangun dengan konsep kota pintar masa depan berbasis alam. Tak tanggung-tanggung, sebanyak 70 persen area di IKN akan jadi area hijau. Sumber energi di IKN nantinya berasal dari energi terbarukan, termasuk dalam hal transportasi yaitu mengembangkan teknologi kendaraan otonom berbasis listrik (AV). Rencananya 80 persen transportasi di IKN adalah transportasi umum, AV, tanpa awak dan tanpa supir. Mengutamakan pejalan kaki dan pesepeda dengan jarak tempuh ideal tiap titik sekitar 10 menit.
Dengan konsep tersebut, maka Kementerian ESDM membuat perkiraan awal kebutuhan energi konsumsi listrik per kapita di IKN sebesar 4.000 kWh. Sehingga untuk pemindahan penduduk 1,5 juta jiwa membutuhkan energi listrik sekitar 6.000 GWh.
Sedangkan beban puncak diperkirakan akan mencapai 1.196 MW (bila reserve margin sebesar 30 persen) maka tambahan pasokan tenaga listrik yang harus disiapkan adalah sebesar 1.555 MW. Perhitungan tersebut belum termasuk kebutuhan energi listrik untuk sistem transportasi dan utilitas kota lainnya.
Di sisi lain, bauran EBT secara nasional sendiri baru mencapai 11,5 persen dari total energi nasional hingga akhir 2021. Padahal potensinya masih sangat berlimpah yaitu sekitar 3.000GW. Sehingga kemungkinan menyuplai 70% energi di IKN menggunakan EBT cukup besar, jika ditopang dengan teknologi yang tepat.
Dengan proyeksi kebutuhan dan ekspektasi tersebut maka akan seperti apa skema pembangkit EBT untuk memenuhi kebutuhan energi di IKN?
Bagaimana potensi dan penerapan energi hijau di IKN nantinya?
Kementerian ESDM menyebutkan bahwa rencananya daya listrik EBT yang terpasang di IKN pada 2024 akan mencapai 130 megawatt (MW). Sumber EBT yang akan diberdayakan adalah campuran energi air, panas matahari dan angin. Meski begitu pembangkit tenaga fosil akan tetap disiagakan untuk backup. Sebab EBT memiliki kendala stabilitas, sementara aliran listrik di ibukota tidak boleh terputus. Untuk itu pemerintah memilih pembangkit gas untuk backup. Karena gas dinilai emisinya lebih kecil daripada batu bara.
Proyeksi pembangkit EBT tersebut meliputi:
-
Tenaga panas matahari
PLTS akan dibangun di area bekas tambang seluas 3.000 hektar yang akan menghasilkan daya listrik minimal 3 gigawatt (GW).
-
Tenaga angin
Pemanfaatan tenaga angin direncanakan melalui pembangunan PLTB dengan kapasitas 70MW di Tanah Laut pada tahap awal.
-
Tenaga air
Presiden Jokowi sendiri mengatakan 80% sumber energi IKN akan berasal dari tenaga air dari aliran Sungai Kayan di Kalimantan Utara. Rencananya akan dibangun PLTA dengan kapasitas sekitar 1.000 MW dalam jangka panjang. PLTA tersebut akan tersebar di Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara. Sudah ada proyeksi 2 kecamatan di Kalimantan Timur yang punya potensi tenaga air sebesar 240 MW dan 20 MW.
Menariknya, tidak hanya ketiga sumber EBT tersebut. Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) menyebut bahwa IKN juga bisa saja menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) sebagai sumber energi utama EBT. Apalagi pulau Kalimantan merupakan salah satu yang paling aman dari bencana alam. Pulau Kalimantan ideal untuk PLTN karena tidak memiliki gunung berapi yang rawan menimbulkan gempa. Bahkan Bapeten telah memetakan idealnya PLTN dibangun di Kalimantan Barat ketimbang di Kalimantan Timur (lokasi IKN). Namun itu hanya wacana dari Bapeten karena hingga saat ini belum ada pembicaraan mengenai rencana pembangunan PLTN untuk mendukung IKN Nusantara.
Ekosistem kendaraan listrik di IKN
Tidak hanya sumber energi yang hijau, ekosistem berkelanjutan menjadi fokus yang tak kalah penting. Pemerintah pun merancang kawasan inti IKN akan benar-benar sehat, produktif, efisien, inovatif dan ramah lingkungan. Alhasil hanya kendaraan listrik yang nantinya bisa beroperasi di kawasan inti IKN. Selain itu warga di IKN akan didorong untuk mengutamakan memakai transportasi umum MRT, LRT, kereta api dan bus listrik yang tentunya ditenagai dari EBT.
Keputusan ini didasarkan atas jumlah emisi dari transportasi yang mencapai 340 juta ton CO2. Alhasil pemerintah merasa perlu untuk mengurangi penggunaan kendaraan berbahan bakar fosil di kota-kota di Indonesia dan memulainya di IKN.
Sementara ini ekosistem kendaraan listrik di IKN belum diatur secara teknis dalam peraturan perundang-undangan namun konsepnya sudah jelas. Salah satu konsep yang digagas untuk mendukung terciptanya ekosistem ini adalah menghadirkan teknologi electric charging lane di IKN. Sehingga jalanan di IKN akan bisa langsung mengisi daya ke kendaraan listrik yang melintasinya. Teknologi ini sudah diuji coba di beberapa negara dan tidak menutup kemungkinan dilakukan di IKN.
Bagaimana pembangunan pembangkit EBT untuk IKN?
Pengerjaan konstruksi IKN pun sudah mulai dilakukan. Tergetnya adalah Presiden dan sejumlah lembaga negara bisa berkantor di sana pada tahun 2024. Artinya, akan terjadi gelombang perpindahan yang seharusnya sudah didukung infrastruktur berbasis EBT mumpuni.
Sedangkan pembangunan pembangkit listrik energi terbarukan di IKN Nusantara akan dimulai pada 2023. Bambang Susantono selaku Kepala Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN) mengatakan akan menggunakan sistem tenaga listrik EBT yang dikembangkan dalam tiga tahap:
- Jangka pendek (2022-2023) : PV Rooftop, EV Support akan digunakan di tempat umum dan komersial, perumahan, industri, dan stasiun pengisian daya.
- Jangka menengah (2024 – 2025) : PLTB kapasitas 70 MW pada 2024 dan PLTS kapasitas 50 MW pada 2025.
- Jangka panjang (2026-2045) : PLTA dengan kapasitas 910 MW pada 2028.
PLN pun menyiapkan skenario melistriki IKN dengan sistem interkoneksi Kalimantan yang saat ini menghubungkan Provinsi Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara.
Dilansir dari press release, PLN juga menargetkan segera membangun 4 Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kiloVolt (kV) untuk mendukung geliat ekonomi di Kalimantan seiring pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) baru. Selain itu PLN telah membangun 2 gardu induk mobile yang terletak di sekitar Titik Nol dengan kapasitas masing-masing 30 Mega Volt Ampere (MVA) untuk tahap prakonstruksi IKN. Saat ini sudah beroperasi Stasiun Pengisian Listrik Umum (SPLU) perdana di kawasan IKN. Keberadaan SPLU ini diharapkan dapat membantu aktivitas di pemerintah dan masyarakat di Titik Nol IKN untuk tahap awal.
Sebelumnya, Kesekretariatan Negara Republik Indonesia juga telah menandatangani kesepakatan pembelian sertifikat energi terbarukan (EBT) setara 849 megawatt hour (MWh) dengan PLN. Pembelian itu untuk menerangi seluruh Istana Negara dengan energi hijau, termasuk di IKN nantinya. Seperti yang kita ketahui, Indonesia memiliki tujuh istana kepresidenan dan semuanya itu akan menggunakan EBT di masa mendatang.
Kesimpulan
Presiden Jokowi menyebut IKN Nusantara akan menjadi kota net-zero carbon, yang nantinya akan menggunakan EBT hingga 100%. IKN nantinya akan memiliki 70% area hijau, 80% transportasi publik, dan pengurangan suhu 2 derajat. Jarak tempuh dari satu tempat ke tempat lainnya di komplek IKN hanya butuh 10 menit serta tidak ada gedung pencakar langit.
Jika IKN ini berhasil menjadi kota modern berbasis renewable energy maka tidak menutup kemungkinan menjadi percontohan bagi kota-kota lainnya di tanah air dan mungkin dunia internasional.